Abraham dan Ishak: Kisah Iman dan Ketaatan
Pendahuluan
Kisah Abraham dan Ishak merupakan salah satu cerita yang paling dikenal dan dihormati dalam tradisi Yahudi, Kristen, dan Islam. Ditemukan dalam Kitab Kejadian, kisah ini menyoroti ujian iman yang luar biasa yang dialami oleh Abraham ketika Allah memintanya untuk mengorbankan anaknya yang sangat dikasihinya, Ishak. Ini adalah cerita tentang iman, ketaatan, dan kasih Allah yang tak terhingga.
Latar Belakang
Abraham, yang awalnya bernama Abram, adalah seorang pria yang dipanggil oleh Allah untuk meninggalkan tanah kelahirannya dan pergi ke tanah yang dijanjikan, Kanaan. Allah berjanji untuk memberkati Abraham dan menjadikannya bapak dari banyak bangsa. Meskipun Sarah, istri Abraham, awalnya mandul, Allah menjanjikan seorang anak kepada mereka. Di usia lanjut mereka, janji ini digenapi dengan kelahiran Ishak.
Perintah yang Menguji Iman
Dalam Kejadian 22, Allah menguji iman Abraham dengan memberikan perintah yang tampaknya sangat bertentangan dengan janji-Nya sebelumnya. Allah memerintahkan Abraham:
"Ambillah anakmu yang tunggal itu, yang engkau kasihi, yakni Ishak, pergilah ke tanah Moria, dan persembahkanlah dia di sana sebagai korban bakaran pada salah satu gunung yang akan Kukatakan kepadamu." (Kejadian 22:2)
Ini adalah perintah yang sangat berat dan membingungkan. Ishak adalah anak yang dijanjikan oleh Allah, melalui siapa keturunan Abraham akan berlipat ganda dan menjadi bangsa besar. Namun, tanpa ragu, Abraham bersiap untuk menaati Allah.
Perjalanan ke Gunung Moria
Abraham bangun pagi-pagi, mempersiapkan keledai, membawa kayu untuk korban bakaran, dan berangkat bersama Ishak dan dua pelayannya menuju Gunung Moria. Perjalanan ini memakan waktu tiga hari. Sesampainya di kaki gunung, Abraham menyuruh pelayan-pelayannya tinggal sementara dia dan Ishak melanjutkan perjalanan naik ke gunung.
Ketika mereka berjalan, Ishak, yang membawa kayu untuk korban, bertanya kepada Abraham:
"Bapa! Di sini sudah ada api dan kayu, tetapi di manakah anak domba untuk korban bakaran itu?" (Kejadian 22:7)
Abraham menjawab:
"Allah yang akan menyediakan anak domba untuk korban bakaran bagi-Nya, anakku." (Kejadian 22:8)
Pengorbanan dan Penyelamatan
Sesampainya di tempat yang ditunjukkan oleh Allah, Abraham membangun mezbah, mengatur kayu, mengikat Ishak, dan meletakkannya di atas mezbah. Ketika Abraham mengangkat pisau untuk menyembelih anaknya, malaikat Tuhan berseru dari langit:
"Abraham, Abraham! Jangan bunuh anak itu dan jangan kauapa-apakan dia; sebab telah Kuketahui sekarang, bahwa engkau takut akan Allah, dan engkau tidak segan-segan untuk menyerahkan anakmu yang tunggal kepada-Ku." (Kejadian 22:11-12)
Saat itu juga, Abraham melihat seekor domba jantan yang tanduknya tersangkut di semak-semak. Dia mengambil domba itu dan mempersembahkannya sebagai korban bakaran pengganti Ishak. Abraham menamai tempat itu "Yahweh Yireh," yang berarti "Tuhan yang menyediakan."
Makna dan Implikasi
Kisah ini adalah ilustrasi yang kuat tentang iman dan ketaatan. Abraham menunjukkan bahwa cintanya kepada Allah lebih besar daripada cintanya kepada anaknya. Iman Abraham diuji dan terbukti sejati ketika dia bersedia menyerahkan segalanya kepada Allah, termasuk janji terbesarnya.
Kisah ini juga menggambarkan konsep penggantian dan pengorbanan yang menjadi tema sentral dalam tradisi Kristen. Seperti domba jantan yang menggantikan Ishak, Yesus Kristus dipandang oleh orang Kristen sebagai Anak Domba Allah yang mengorbankan diri-Nya untuk menebus dosa-dosa umat manusia.
Kesimpulan
Kisah Abraham dan Ishak adalah pengingat yang mendalam tentang kepercayaan dan ketaatan total kepada Allah. Ini mengajarkan bahwa Allah menghargai iman yang tulus dan selalu menyediakan jalan bagi umat-Nya. Melalui ujian yang tampaknya tak tertahankan, Abraham menunjukkan bahwa kesetiaan kepada Allah adalah yang terpenting, dan Allah, pada gilirannya, menunjukkan bahwa kasih dan penyediaan-Nya tak terbatas.